Pages

December 30, 2013

The Hunt (2012)

“The world is full of evil but if we hold on to each other, it goes away.” Theo

The Hunt mengisahkan tentang Lucas (Mads Mikkelsen), pria yang telah bercerai dengan istrinya ini berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak. Sosok yang sangat hangat dan bersahabat terhadap anak kecil. Dan dia sangat dekat dengan Klara (Annika Wedderkopp), anak kecil perempuan dari sahabatnya, Theo (Thomas Bo Larsen). Suatu hari Klara mengatakan bahwa ia telah mengalami pelecehan seksual dari Lucas, semua orang percaya dengan perkataan Klara karena mereka menganggap anak kecil tidak mungkin berbohong. Namun Lucas menampik pernyataan tersebut dan tidak ada bukti yang kuat atas perbuaatannya itu. Namun nihil, sialnya Lucas dipecat dari tempat dia bekerja dan dikucilkan didaerahnya.

Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Nampaknya pepatah tersebut memang benar. Film yang berjudul Denmark Jagten yang disutradarai Thomas Vinterberg ini berhasil menggambarkan bagaimana perasaan difitnah itu dengan sangat baik. Vinterberg berhasil mengaduk emosi penontonnya bagaimana rasanya dituduh melakukan sesuatu yang sama sekali kita tidak lakukan lewat naskah ceritanya yang dia tulis bersama Tobias Lindholm. Lewat penceritaannya yang sabar perlahan tapi pasti, disini mereka berhasil membuat penontonnya ikut terlibat dan bersimpati terhadap permasalahan yang dialami Lucas. Saya merasa seperti sayalah yang menjadi Lucas, saya merasa seperti saya yang difitnah di film ini. Film ini berhasil mengikat saya secara emosional, saya jadi ikut marah, sedih, bahkan menangis. Itulah keunggulan dari film ini, bagaimana membuat penontonnya terngian-ngiang dipikiran dengan pertanyaan: bagaimana dan apa yang akan kita lakukan jika kita yang menjadi Lucas?

December 29, 2013

The Past (2013)

Asghar Farhadi, sutradara asal Iran yang terkenal dengan film-filmnya yang mendapat kritikan positif seperti About Elly (2009) dan A Separation (2011) yang memenangkan Best Foreign Language Film pada Oscar 2011 lalu. Tahun ini mengeluarkan film terbarunya, The Past.

The Past mengisahkan tentang Ahmad (Ali Mosaffa) yang baru saja tiba di Perancis dari Iran untuk bertemu dengan calon mantan istrinya, Marie (Bérénice Bejo) untuk menghadiri sidang perceraian mereka. Marie yang ternyata sudah mendapatkan kekasih baru, Samir (Tahar Rahim). Mereka tinggal bertiga dalam satu atap untuk sementara bersama dengan dua putri Marie, Lucie (Pauline Burlet) dan Lea (Jeanna Jestin) dan putra Samir, Fouad (Elyes Aguis). Keadaan terasa canggung, dan masalah pun mulai hadir ketika Lucie tidak menginginkan ibunya menikah lagi.

Film yang berjudul Perancis Le passé ini naskah ceritanya ditulis oleh Asghar Farhadi sendiri. Sama seperti A Separation, The Past mengisahkan tentang perceraian suami istri atau secara lebih luasnya sama-sama mengisahkan hubungan keluarga yang kompleks. Namun ini lebih kompleks dari A Separation yang hanya sekedar tentang suami istri yang bercerai serta hubungan dengan pembantu rumah tangga. Merajut benang ceritanya dengan sabar, sedikit demi sedikit memberikan informasi dan latar belakang apa yang terjadi di masa sebelumnya untuk membuat sebuah fondasi cerita yang kokoh. Hanya mengandalkan dialog-dialog kuat. Dari setiap adu argumen atau penjelasan yang terhampar disini begitu penting terhadap jalannya cerita. Memberikan kita asal masalah dan sebab akibat masalah apa yang terjadi sebelumnya hingga menjadi seperti ini. Masuknya beberapa tokoh lain pun semakin menambah kekompleksitasannya.

December 28, 2013

Don Jon (2013)

“They give awards for porn too.” – Don Jon

Don Jon mengisahkan tentang Jon Martello, Jr (Joseph Gordon-Levitt), seorang pria tipikal idaman semua wanita; wajah tampan, tubuh kekar yang memiliki hasrat sangat besar pada seks. Sering nonton video porno, masturbasi dan berhubungan seks. Suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita yang membuatnya jatuh hati, yakni Barbara Sugarman (Scarlett Johansson). Kehidupan Jon mulai berubah sejak kehadiran Barbara, namun dia harus dihadapkan pada dua pilihan; kekasihnya atau hasrat seksualnya.

Sebuah debut penyutradaraan dari Joseph Gordon-Levitt yang biasa kita kenal sebagai aktor ((500) Days of Summer, 50/50, The Dark Knight Rises, Looper, Premium Rush). Tidak hanya duduk di bangku sutradara, dia juga menulis naskah ceritanya. Mengusung cerita yang berani dan provokatif, yakni tentang kecanduan seks. Dan tentu saja film ini diisi banyak adegan seks. Kumpulan potongon-potongan  real video porn yang diperlihatkan cukup frontal. Namun Don Jon tidak hanya menyuguhkan gambar-gambar jorok dan porno saja. Ini lebih kepada studi karakter, pencarian jati diri dari seorang pria, dan bagaimana usaha untuk meninggalkan kebiasaan buruk. Don Jon juga terasa sentuhan religi ketika dia melakukan pengakuan  dosa di gereja. Paruh pertamanya bergerak dengan jalan cerita yang santai, asyik dan liar. Namun di paruh kedua tensinya mulai sedikit serius, khususnya ketika Jon bertemu dengan tokoh Esther (Julliane Moore).

December 25, 2013

The Bling Ring (2013)

Sofia Coppola, sutradara wanita yang track-record filmnya selalu meraih nilai positif dari kritikus film, contohnya seperti Lost in Translation (2001) dan Somewhere (2010). Tentu ekspektasi meninggi ketika dia mengeluarkan film terbarunya tahun ini, The Bling Ring.

The Bling Ring mengisahkan tentang Marc Hall (Israel Broussard) yang pindah ke Indian Hills High School, California. Disana dia dekat dengan seorang gadis bernama Rebecca (Katie Chang), seorang yang sangat terobsesi dengan dunia fashion dan punya kebiasaan usil mengambil barang pada mobil yang tak terkunci. Keusilan ini pun meluas hingga mereka pergi dan merampok ke rumah Paris Hilton. Aksi itu pun berlanjut membawa serta sahabatnya; Nicki (Emma Watson), Sam (Taissa Farmiga) dan Chloe (Claire Julien).

Diadaptasi dari kisah nyata oleh sang sutradara Sofia Coppola. Berdasarkan artikel yang ditulis Nancy Jo Sales di majalah Vanity Fair berjudul “The Suspects Wore Louboutins”. Mengisahkan sekelompok remaja di kisaran selama 10 bulan tahun 2008 sampai 2009 lalu yang dengan mudahnya keluar masuk rumah lalu mencuri barang-barang selebritis terkenal seperti, Paris Hilton, Lindsay Lohan, dan Megan Fox. Kita akan melihat bagaimana cara mereka melakukan tindak kriminal itu dengan hanya bermodalkan awal Google Map dan situs infotainment. Terlihat seperti sebuah caper film. Namun The Bling Ring lebih dari sekedar aksi crime itu saja, lebih pada apa tujuan mereka melakukan itu. Mereka berlima yang terobsesi dan berambisi besar ingin hidup layaknya artis terkenal. Bagaimana hidup glamour dalam lingkaran jiwa yang bebas serta hedonisme, memakai brand terkenal, menghabiskan uang dengan berpoya-poya. Ya, ini adalah sindiran sosial yang berhasil disampaikan.

December 23, 2013

Frances Ha (2012)

"Ahoy sexy!"

Frances Ha mengisahkan tentang Frances Halladay (Greta Gerwig), seorang wanita penari 27 tahun yang pada suatu hari diminta pacarnya untuk pindah ke apartemen milik pacarnya. Namun Frances lebih memilih untuk tinggal bersama sahabatnya, Sophie (Mickey Sumner). Namun disi lain Sophie juga harus meninggalkan apartemennya karena suatu hal. Disinilah Frances harus menghadapi masalah-masalah seperti tempat tinggal, percintaan dan pertemanan.

Film hitam putih, banyak orang yang berpikir skeptis terhadap ini. Film hitam putih itu membosankan dan jelek serta identik dengan zaman dahulu, itulah yang teman saya katakan ketika saya sodorin Frances Ha. Dan andai saja teman saya itu bisa lebih membuka lebih lebar lagi pikiran mereka, mungkin pernyataan itu bisa saja ditampik. Well, naskah ceirta Frances Ha ditulis oleh Noah Baumbach – sang sutradara, dan Greta Gerwig – si pemeran utama. Punya cerita yang sederhana tentang pendewasaan dan mungkin pergerakan ceritanya terkesan tidak jelas namun Noah dan Greta berhasil mengemasnya dengan menyenangkan. Memadukan drama dan komedi dengan takaran yang pas, bersama dengan pengembangan cerita yang melibatkan cinta dan persahabatan. Dan terasa segmented karena Frances Ha disajikan dengan beberapa chapter, yang mana disetiap chapter-nya mewakili tempat baru yang disinggahi oleh Frances.

December 17, 2013

Upstream Color (2013)

Shane Carruth, sutradara yang terkenal lewat debutnya bersama drama-perjalanan waktu Primer tahun 2004 silam. Dan tahun ini dengan film keduanya, apakah dia mampu sesukses film perdananya, Upstream Color.

Upstream Color mengisahkan tentang Kris (Amy Seimetz), seorang perempuan yang diculik oleh seorang misterius lalu dibius dengan metode yang aneh lewat pengaruh suatu parasit kompleks. Dia mencoba mengeluarkan parasit tersebut lewat bantuan seorang bernama Sampler (Andrew Sensenig). Suatu ketika Kris tanpa sengaja  bertemu dengan seorang pria bernama Jeff (Shane Carruth), lalu mereka pun menjalin hubungan cinta. Tanpa diketahui, ternyata dalam kehidupan mereka telah terjadi sesuatu.

Harus diakui, membutuhkan beberapa lama untuk dapat benar-benar menikmati Upstream Color. Bagaimana tidak, film ini dibuka tanpa dialog dengan adegan-adegan yang cukup membingungkan serta abstrak. Dan setelah itu pun Upstream Color masih tetap lebih banyak diisi adegan minim dialog yang lebih berbicara melalui gambar yang berisi metaphor, mengingatkan saya dengan The Tree of Life-nya Terrence Malick. Berjalan dengan alur yang lambat dalam durasi satu setengah jamnya, sangat besar kemungkinan akan membuat bosan penontonnya yang tidak terbiasa dengan gaya seperti ini. Penceritaan yang kompleks serta cukup susah untuk dipahami dan dicerna, ide cerita mengenai teori-teori ilmiah dan organisme kehidupannya yang rumit. Ya, Upstream Color punya cerita yang cerdas. Butuh konsentrasi ekstra untuk dapat benar-benar memahaminya. Saya sendiri masih belum paham sepenuhnya apa maksud dari film ini.

December 15, 2013

Like Someone in Love (2012)

Abbas Kiarostami, sutradara asal Iran yang film-filmnya banyak menuai respon positif, sukses diberbagai ajang festival dan award di seluruh di dunia. Dan dari sekian banyak film beliau, saya baru menonton yang ini, Like Someone in Love.

Like Someone in Love mengisahkan tentang Akiko (Rin Takahashi), seorang mahasiswi cantik yang ternyata menyimpan sebuah rahasia yang tidak diketahui oleh keluarganya dan kekasihnya, Noriaki (Ryo Kase), yakni bahwa dia adalah seorang pekerja seks komersial. Suatu hari dia mendapat klien seorang kakek bernama Takashi (Tadashi Okuno). Alih-alih melalukan hubungan seks, mereka berdua justru hanya saling bercakap-cakap satu sama lain.

Setelah Certified Copy tahun 2010 lalu, menandai debut filmnya diluar Iran yakni di Italia. Dan sekarang negara yang beruntung disinggahinya adalah Jepang lewat Like Someone in Love. Film ini hadir dengan alur dan tempo yang sangat lambat, besar kemungkinan akan membosankan. Ditambah lagi dengan banyaknya gambar-gambar statis dan minimnya score. Naskah ceritanya ditulis oleh Abbas Kiarostami sendiri, mengusung cerita yang sederhana. Sedikit mengingatkan saya dengan Lost in Translation-nya Sofia Coppola, sama-sama tentang pasangan yang terpaut usia jauh berbeda – dan juga sama-sama di Jepang. Namun ini lebih dari sekedar hubungan antara gadis pekerja seks komersial dan kliennya, namun lebih kepada antara kakek dan cucunya, bahkan bisa lebih luas dan general lagi.

December 14, 2013

This Is the End (2013)

This Manusia Unta’s This Is the End review may contain spoilers!

Setelah The World’s End-nya Edgar Wright yang sebelumnya tahun ini sudah pernah keluar dengan gabungan genre komedi dan apocalypse. Kini Seth Rogen dkk juga hadir dengan tema yang sama lewat This Is the End.

This Is the End mengisahkan tentang Jay Baruchel yang baru saja datang ke Los Angeles untuk mengunjungi sahabatnya, Seth Rogen. Mereka berdua – serta selebritis lain – pun diundang ke acara pesta syukuran rumah barunya James Franco. Tiba-tiba gempa bumi mengguncang daerah tersebut, disisi lain muncul cahaya biru dari langit yang membawa beberapa orang keatas. Mereka pun mencoba bertahan hidup dari bencana aneh ini bersama dengan sahabat mereka yang lain.

Diadaptasi oleh Seth Rogen dan Evan Goldberg selaku sutradara dan penulis naskahnya dari film pendek berjudul Jay and Seth versus the Apocalypse. Menggabungkan genre komedi dengan latar pengembangan cerita seperti hari kiamat, proses bertahan hidup, persahabatan, dan sedikit bumbu reliji. Seperti yang sudah saya perkirakan sebelumnya, film ini pasti penuh dengan komedi-komedi kasar dan jorok, lengkap dengan segala kata-kata sumpah serapah dan vulgarnya. Dan saya tidak masalah dengan itu, selama masih bisa membuat saya tertawa, kenapa tidak. Dengan leluconnya yang menggunakan referensi film seperti; Superbad, Pineapple Express, Spider-Man, Moneyball, 127 Hours, Harry Potter hingga The Exorcist, dll. Ataupun lelucon-lelucon yang menyindir selebritis lain. Sampai lelucon yang melibatkan situasi, seperti percakapan atau pertengkaran tidak penting dikarenakan masalah kecil. Ada joke yang berhasil, ada juga yang tidak.

December 13, 2013

Prisoners (2013)

Denis Villeneuve, seorang yang pernah menghadirkan kita Incendies sebuah thriller ciamik tahun 2010 silam. Dan tahun ini dia kembali hadir dengan genre yang sama lewat debut penyutradaraan film berbahasa Inggrisnya, Prisoners.

Prisoners mengisahkan tentang pasangan Keller Dover (Hugh Jackman) dan Grace Dover (Maria Bello) bersama kedua anak mereka; Ralph (Dylan Minnette) dan Anna (Erin Gerasimovich), yang merayakan hari Thanksgiving di rumah tetangga mereka, yakni keluarga pasangan Franklin (Terrence Howard) dan Nancy (Viola Davis) bersama dua anak mereka; Eliza (Zoe Borde) dan Joy (Kyla Drew Simmons). Singkat cerita, ketika Anna dan Joy tengah bermain diluar rumah, mereka pun diculik. Kasus penculikan ini pun ditangaai oleh Loki, seorang detektif polisi yang mencurigai Alex Jones (Paul Dano) sebagai tersangkanya. Namun tidak ada bukti yang kuat bahwa Alex adalah penculiknya….

Dengan naskah ceritanya yang ditulis oleh Aaron Guzikowski, sang sutradara Denis Villeneuve berhasil mengikat para penontonnya dari awal sampai akhir dalam durasi 153 menitnya tanpa terasa melelahkan. Memberikan sebuah thriller misteri tentang penculikan yang menjejali penontonnya sebuah pertanyaan: Siapakah penculik sebenarnya? Membuat penontonnya ikut menebak-nebak pertanyaan tersebut bersama dengan seiringnya tensi dan intensitas thrill yang terjaga, dan ketika jalur ending tiba, kita tidak akan mengira bahwa penculik yang sebenarnya adalah ‘dia’. Denis Villeneuve merajut susunan ceritanya dengan sangat rapi. Memberikan sedikit demi sedikit misteri dan petunjuk kepada penontonnya, seakan kita sedang memecahkan labyrinth yang dibuat Villeneuve. Dan ketika kita tidak bisa memecahkannya, kita terjebak dalam sebuah prisoner yang dibuatnya.

December 12, 2013

Aningaaq (2013)

Masih ingat dengan Gravity? Salah satu film yang paling banyak dibicarakan orang tahun ini. Sebuah film sci-fi dari Alfonso Cuarón tentang dua astronot yang terjebak di luar angkasa. Well, bagi yang sudah menonton Gravity, tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Aningaaq.

Ada satu adegan yang mana Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) berusaha terhubung ke bumi melalui radio satelit agar terhubung dengan NASA. Namun Ryan justru terhubung dengan seorang pria asal Greenland bernama Aningaaq. Nah, adegan tersebut coba divisualisasikan lewat sudut pandang berbeda. Yakni dari point of view-nya Aningaaq di bumi. Aningaaq (Otto Ignatius) adalah seorang pelaut Inuit yang tengah berkemah diatas es dengan setting tempat yang diselimuti salju tebal. Mereka berdua melakukan percakapan meski dengan bahasa yang saling berbeda.

Film pendek ini disutradarai dan naskahnya ditulis oleh anak dari Alfonso Cuarón sendiri – penulis naskah Gravity, yakni Jonas Cuarón. Dalam durasi 7 menitnya, mungkin Aningaaq terlihat biasa saja jika dilihat sebagai sebuah karya stand alone. Namun sebagai sebuah spin-off atau companion dari Gravity, ini terasa spesial. Dan katanya sih Aningaaq telah didaftarkan ke ajang Oscar tahun depan untuk Best Short Action. Good luck, Aningaaq!

November 30, 2013

The Kings of Summer (2013)

Setelah Mud-nya Jeff Micholson dan The Way Way Back-nya Nat Faxon dan Jim Rash. Tahun 2013 tidak ada habisnya menghadirkan sajian coming-of-age berkualitas. Dan sekarang giliran Jordan Vogt-Roberts dengan The Kings of Summer-nya.

The Kings of Summer mengisahkan tentang Joe Toy (Nick Robinson) seorang remaja yang merasa dirinya tersiksa hidup dikekang oleh peraturan menyebalkan orang tuanya khususnya ayahnya, Frank Toy (Nick Offerman). Nasib yang sama juga dialami temannya, Patrick Keenan (Gabriel Basso), yang juga jengkel dengan peraturan orangtuanya. Mereka berdua pun kabur dari rumah ke sebuah hutan membawa serta teman aneh mereka, Biaggio (Moises Arias), dan membuat sebuah rumah dan hidup di tengah hutan tersebut bebas dari segala aturan.

Sedari awal harus diakui The Kings of Summer berhasil mencuri perhatian saya dari awal dan saya sudah yakin saya akan menyukai film ini sampai akhir. Naskahnya ditulis oleh Chris Galletta, punya jalan cerita yang sederhana. Paruh pertamanya diisi dengan segala keceriaan semangat kawula muda. Memberikan gambaran polemik bahwa inilah yang dirasakan dan dialami semua remaja diseluruh dunia, para remaja ingin hidup bebas tanpa kekangan peraturan orang tua, seperti yang tertulis di taglinenya “why you live when you can rule”. Proses dari seorang remaja menjadi orang dewasa, merasakan tanpa adanya tanggung jawab dan aturan. Bagian menuju pendewasaan itu pun berpadu dengan unsur komedinya yang berhasil dengan segala leluconnya. Ada juga unsur kekeluargaan, disini Joe dan ayahnya serta Patrick dan kedua orang tuanya. Juga sedikit bumbu romansa yang mana justru ini pada akhirnya merubah tone ceritanya. Yang tadinya ceria berubah menjadi serius. Disini persahabatan antara Joe dan Patrick diuji hanya karena seorang wanita.

November 29, 2013

Jobs (2013)

Steve Jobs, siapa yang tidak kenal dengan legenda teknologi itu. Tokoh yang menjadi CEO Apple dan Pixar ini meninggal tahun 2011 lalu. Dan sekarang tahun 2013 dibuatlah sebuah film tentang jatuh bangunnya menuju sukses dengan judul Jobs.

Jobs mengisahkan tentang Steven Paul Jobs, seorang mahasiswa yang terkena drop out dari kampusnya. Lalu setelah itu, dia mulai tercetus untuk mendirikan sebuah perusahaan teknologi bersama dengan sahabatnya, Steve Wozniak (Josh Gordon). Mereka berdua pun membuat perusahaan tersebut memulai dari awal di sebuah garasi biasa rumaha orang tua Steve, hingga sampai mereka sukses dengan sebuah nama perusahaan yang kita kenal sekarang, Apple, Inc.

Well, sebenarnya ini bukan pertama kalinya film yang menceritakan tentang tokoh Steve Jobs, sebelumnya sudah ada film garapan Martyn Burke berjudul Pirates of Silicon Valley tahun 1999 lalu. Dan sekarang Jobs, sungguh diluar dugaan biopik dari tokoh terkenal ini berakhir seperti ini. Ya, kurang memuaskan. Film yang dinahkodai oleh sutradarai Joshua Michael Stern dan naskah ceritanya ditulis oleh Matt Whiteley ini terdapat banyak kekurangan disana-sini. Mari mulai dari naskahnya, Jobs dibuka dengan opening – scene Steve Jobs memperkenalkan iPod – bersetting tahun 2001 yang bisa dibilang cukup bagus, ya lumayan malah. Setelah itu cerita ditarik jauh kebelakang bersetting tahun 70an, nah mulai disinilah naskahnya mulai tampak kurang maksimal dengan seiring berjalannya durasi semakin banyak nilai minus yang kita temui. Ya, naskahnya kurang solid, dari awal memang tidak membuat penontonnya terikat dan parahnya lagi mereka kurang mengeksplorasi lebih mengenai kehidupan Jobs yang sebenarnya menarik untuk dituangkan dalam cerita.

November 9, 2013

We're the Millers (2013)

Ini film sebenarnya pengen gue tonton di bioskop, tapi karena bioskop sialan di kota gue nggak nongolin ini film, akhirnya download aja deh #curcol.

We’re the Millers mengisahkan tentang David (Jason Sudeikis), seorang pengedar ganja yang karena suatu hal akhirnya diberi tugas oleh bosnya untuk menyelundupkan ganja dari Meksiko ke US. Dia membuat sebuah rencana penyamaran agar tidak mencurigakan, dengan berkedok keluarga palsu. Dia merekrut teman-teman dekatnya yakni Rose (Jennifer Aniston), seorang stripper; Kenny (Will Pouter), seorang anak cupu 18 tahun; dan Casey (Emma Roberts), seorang wanita gelandangan. Mereka berempat pun menjalankan rencananya berperan sebagai suami, istri, dan anak palsu.

Disutradarai oleh Rawson Marshall Thurber. Naskah ceritanya ditulis keroyokan oleh Sean Anders, Steve Faber, Bob Fisher dan John Morris. Status film ini adalah R-rated. Dan seperti layaknya film komedi dengan rating R kebanyakan, jelas We’re the Millers mengandung banyak humor-humor yang kasar dan jorok. Tidak ada yang terlalu baru dari sajian komedi ini sebenarnya, semuanya klasik, predictable, karakter-karakter stereotypes, momen-momen serba kebetulan. Hebatnya diluar dugaan We’re the Millers tampil dengan eksekusi yang memuaskan. Untuk sebuah film komedi. Ini bagus. Iya bagus! Sedari awal sampai akhir saya dibuatnya ketawa. Ada satu-dua adegan yang bikin saya ngakak mampus, asli ketawa terbahak-bahak. Formula komedi-komedi bernada sarkas yang berhasil. Apalagi dengan referensi leluconnya yang beragam.

November 7, 2013

3-Iron (2004)

“It’s hard to tell that the world we live in is either a reality or a dream”

3-Iron mengisahkan tentang seorang pria bernama Tae-suk (Kee Hyun-kyun) yang punya kebiasaan masuk kedalam rumah orang lain. Bukan maksud untuk mencuri, justru dia hanya melakukan pekerjaan rumah seperi, memasak, mencuci, bersih-bersih. Sampai suatu hari dia masuk ke sebuah rumah yang mana didalamnya ada seorang wanita bernama Sun-hwa (Lee Seung-yeon), yang selalu kena KDRT oleh suaminya. Karena suatu hal, mereka pun jatuh cinta.

Film yang mempunyai judul Korea Bin-Jip ini disutradarai dan ditulis oleh Kim Ki-duk.  Sutradara asal Korea Selatan yang terkenal dengan karya-karyanya yang super art-house. Saya memang baru menonton 2 filmnya yakni baru 3-Iron dan Pieta, dan saya sudah mulai menyukai gaya penyutradaraanya. Pada 3-Iron, alur ceritanya bertutur lamban dan naskahnya sebenarnya sederhana sekali. Dan yang paling terkenal dan unik dari karya kesebelas Kim Ki-duk ini adalah yang mana kedua pemeran utamanya sama sekali tidak berdialog, bahkan nyaris tak bersuara. Lee Hyun-kyun memerankan Tae-suk dari awal hingga akhir tidak mengeluarkan sepatah katapun dalam durasi 88 menitnya. Sedangkan Lee Seung-yeon memerankan Sun-hwa hanya mengatakan tiga kata saja, itupun diakhir film. Luar biasanya meskipun tanpa dialog, penonton masih bisa memahami ceritanya melaui ekspresi dan gestur mereka.

November 5, 2013

The Way Way Back (2013)

“Everybody has a summer that changes their life”

The Way Way Back mengisahkan tentang Duncan (Liam James), seorang yang pemalu dan susah bergaul. Suatu hari, dia bersama ibunya Pam (Toni Collette)  serta calon ayah tirinya Trent (Steve Carel) mengisi liburan musim panas di sebuah rumah di tepi pantai. Di tengah segala kebosanan yang ada, Duncan tidak sengaja bertemu dengan Owen (Sam Rockwell) seorang pegawai sebuah water park. Bersama Owen, summer yang payah pun sedikit terobati, yang mana disisi lain hubungan Duncan  dengan keluarga sedikit merenggang.

Nat Faxon dan Jim Rash, merekalah sutradara dibalik The Way Way Back, yang sekaligus juga menulis naskah ceritanya. Duet nama yang mungkin sedikit lebih kita kenal ketika mereka meracik naskah The Descendents-nya Alexander Payne yang meraih Best Original Screenplay Oscar dua tahun lalu. Well, sebagai penyutradaraan perdana, mereka menambahkan satu kata way lagi mungkin agar tidak sulit membedakannya dengan film The Way Back (Peter Weir, 2010). Seperti tagline-nya; “We’ve All Been There”, mungkin beberapa diantara kita pernah mengalami apa yang ada di film ini khususnya mengenai Duncan. Liburan, musim panas, membosankan. Berpadu dengan nada coming-of-age, drama keluarga disfungsional, dan sedikit sentuhan romansa. Duo Fax-Rash tahu betul dimana harus menempatkan momen-momen drama, keceriaan, dan pemicu tawa secara pas dan seimbang. Perlahan tapi pasti berhasil membangun dan mengembangkan karakter.

November 1, 2013

Before Midnight (2013)

This Manusia Unta’s Before Midnight review may contain spoilers!

Setelah Before Sunrise (1995), Jesse (Ethan Hawke) dan Celine (Julie Delpy) bertemu di kereta api menuju Vienna, tumbuh rasa cinta diantara mereka di kota tersebut. Sembilan tahun kemudian di Before Sunset (2004), mereka bertemu kembali di Paris dan telah menggapai cita-cita masing-masing, dengan pola berpikir yang lebih dewasa. Dan sekarang juga setelah 9 tahun kemudian, di Before Midnight….

Before Midnight mengisahkan tentang Jesse yang telah bercerai dari istri terdahulunya dan menghasilkan seorang putera; Hank (Seamus Davey-Fitzpatrick). Kini dia hidup bersama Celine dan berlibur ke Yunani bersama dengan dua puteri kembar lucu mereka; Ella (Jennifer Prior) dan Nina (Charlotte Prior), karena Jesse yang seorang penulis buku diundang untuk liburan musim panas. Seperti biasa, menghabiskan waktu bersama dengan melakukan perbincangan dan sambil berjalan-jalan di Peloponnese, Yunani.

October 30, 2013

The Act of Killing (2012)

Peristiwa G30S/PKI adalah salah satu peristiwa kelam yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Sampai-sampai film Pengkhianatan G30S/PKI karya Arifin C. Noer pada masa orde baru dijadikan sebagai film yang wajib diputar setiap tahunnya pada tanggal 30 September di stasiun televisi Indonesia. Dan sekarang sutradara bernama Joshua Oppenheimer mencoba menghadirkan kembali seperti apa dibalik peristiwa pahit tersebut lewat The Act of Killing.

The Act of Killing atau yang mempunyai judul Indonesia, Jagal, sebuah film dokumenter yang mengisahkan tentang Anwar Congo dan kawan-kawan, mereka yang dulunya tahun 1965 di Medan adalah tukang karcis bioskop sekaligus preman – dalam film ini mereka sering menyebutnya free man – yang membantai orang-orang yang diyakini PKI. Mereka menceritakan bagaimana dulu mereka membantai, membunuh, menyiksa korban-korban mereka, hingga sampai melakukan reka ulang kejadiannya. Bagaimana cara dan metode membunuh mereka disampaikan dengan rasa bangga oleh Anwar dkk, seakan seperti seorang superhero.

October 28, 2013

Forrest Gump (1994)

“Life is like a box of chocolate, you never know what you’re gonna get” – Forrest Gump

Forrest Gump mengisahkan tentang Forrest Gump (Tom Hanks) yang duduk ditempat menunggu bus. Ketika ada orang yang duduk disebelahnya, dia pun menceritakan kehidupan masa lalunya. Dia seorang yang mempunyai keterbelakangan mental, tidak ada yang mau berteman dengannya. Sampai seorang wanita bernama Jenny (Robin Wright) mau berteman dengannya. Forrest begitu mencintai Jenny hingga mereka beranjak dewasa. Forrest dewasa adalah seorang tentara, namun dia juga banyak mengalami profesi, mulai dari atlek futbol, tenis meja, nelayan, pelari.

Diangkat dari novel karya Winston Groom berjudul sama, naskah ceritanya ditulis oleh Eric Roth dan disutradarai Robert Zemeckis. Yang membuat saya ingin menonton film ini adalah adanya fakta bahwa film ini berhasil mengalahkan dua film favorit sepanjang masa saya, yakni The Shawshank Redemption dan Pulp Fiction di Best Picture Oscar 1994. Lantas saya sangat penasaran dengan film ini, sebegitu bagusnya ‘kah. Well, Forrest Gump bisa dibilang memiliki semua sajian paket lengkap dari sebuah drama inspiratif. Formula-formula seperti, pantang menyerah, siapa pun bisa melakukannya, dll. Ada yang berhasil menggungah simpati penonton namun ada juga yang malah terasa overdramatic. Ya, banyak dramatisasi yang terkesan berlebihan, bahkan juga terkesan serba kebetulan, too good to be true. Saya tidak bilang Forrest Gump itu jelek, bagus malah. Ya saya cuma kurang setuju aja film ini mengalahkan masterpiece-nya Darabont dan Tarantino itu. Saya begitu menikmati dan sama sekali tidak merasa bosan selama menonton Forrest Gump.

October 23, 2013

Captain Phillips (2013)

The navy is not gonna let you win! They would rather sink this boat, then let you win.” – Captain Phillips

Captain Phillips mengisahkan tentang Kapten Richard Phillips (Tom Hanks), seorang yang harus meninggalkan istri dan anaknya untuk memimpin awak kapal kargonya demi melaksanakan tugas. Suatu ketika kapal mereka dibajak oleh sekelompok perompak bersenjata dari Somalia yang dipimpin oleh Muse (Barkhad Abdi), lalu mereka menyandera sang kapten dengan niatan untuk ditukar dengan uang. Lantas, apakah Kapten Phillips bisa lepas dari penyanderaan itu dengan selamat? Atau sebaliknya?

Disutradarai oleh Paul Greengrass dan naskah cerita ditulis oleh Billy Ray dengan mengangkat ceritanya dari memoir-nya Captain Phillips yang asli, A Captain’s Duty: Somali Pirates, Navy SEALS, and Dangerous Days at Sea. Ya, film ini diangkat dari peristiwa nyata pada April 2009 lalu. Well, jika melihat track record sang sutradara yang sudah pernah membuat action-thriller bagus, sebut saja United 93, 2 seri Bourne, dan Green Zone. Di film terbarunya ini, Greengrass kembali hadir untuk mengaduk-aduk adrenalin dan emosi penontonnya lewat Captain Phillips, tanpa ada unsur dramatisasi yang kelewat lebay. Terlepas dari opening-nya yang hanya memperkenalkan sosok Kapten Phillips, setelah itu film ini berjalan dengan tensi yang cepat sampai akhir, memicu adrenalin, seakan tidak memberikan nafas untuk para penontonnya. Mengusung juga tema kekeluargaan dalam dosis kecil.

October 17, 2013

The Shawshank Redemption (1994)

Sebenarnya dulu sudah pernah nonton film ini. Tapi entah kenapa pengen re-watching dan nge-review ini.

The Shawshank Redemption mengisahkan tentang Andy Dufresne (Tim Robbins) yang masuk penjara akibat tuduhan membunuh istri sendiri karena selingkuh. Pada awalnya dia sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya itu. Sampai dia bertemu lalu berteman dengan tahanan lain bernama Ellis “Red” Redding (Morgan Freeman), seorang yang bisa menyelundupkan barang ke dalam penjara.
Alasan terbesar saya dalam menonton film ini adalah jelas adanya fakta bahwa film ini bertengger di perangkat pertama di salah satu situs rating film, IMDB, dengan rating 9.3/10 (saat saya menulis review ini). Disutradarai dan ditulis oleh Frank Darabont yang mengadaptasi novelnya Stephen King berjudul Rita Hayworth and Shawshank Redemption. Film yang berdurasi dua jam lebih ini berjalan dengan tempo yang cukup lambat namun efektif membangun cerita. Hingga pada bagian akhirnya yang kita tidak tahu bahwa ending-nya akan berakhir dengan twist. Juga dengan begitu nyata menggambarkan realita pahit-manisnya kehidupan penjara. Lalu The Shawshank Redemption juga sarat dengan pesan moral yang sangat bagus, dari setiap adegan, dialog ataupun narasinya mempunyai nilai-nilai tersendiri. Dalam durasi 2 jam lebihnya, sama sekali tidak terasa membosankan.

October 16, 2013

Short Review: Fast & Furious 6 (2013), Oz the Great and Powerful (2013), Star Trek Into Darkness (2013), World War Z (2013)

Pertama kalinya bikin quick review, saya akan mengisinya dengan postingan review pendek dari film-film musim panas lalu yang ingin sekali saya tonton tapi tidak sempat karena berbagai macam masalah. Alasannya klise, mulai dari terhalang gara-gara tugas kuliah yang menumpuk. Hingga beberapa film yang tanggal rilisnya keluar bersamaan, akhirnya saya harus merelakan salah satu. So, berikut short review dari Fast & Furious 6, Oz the Great and Powerful, Star Trek Into Darkness dan World War Z.

October 8, 2013

Gravity (2013)

Alfonso Cuarón, sutradara yang terkenal lewat film Children of Men tujuh tahun lalu. Dan tahun ini kembali hadir lewat film terbarunya, Gravity.

Gravity mengisahkan tentang dua astronot; Ryan Stone (Sandra Bullock) dan Matt Kowalski (George Clooney) yang sedang berada dalam misi perjalanan ke luar angkasa. Sialnya, karena suatu hal salah satu satelit lain yang berada disana meledak. Yang ternyata kejadian tersebut berakibat buruk ketika puing-puing satelit yang hancur tersebut menabrak pesawat ulang alik milik Stone dan Kowalski. Akibatnya, mereka berdua pun terpisah dan harus berjuang sendiri-sendiri bertahan hidup serta menghadapi sederetan kejadian buruk lain.

Luar biasa. Mungkin kata itulah yang cukup menggambarkan keseluruhan film ini. Gravity disutradarai oleh Alfonso Cuarón yang juga sekaligus menulis naskah ceritanya bersama puteranya, Jasón Cuarón. Naskahnya sederhana saja sebenarnya bisa dipersingkat menjadi, dua astronot bertahan hidup di luar angkasa. Namun tidak hanya bercerita mengenai survival, ada studi karakter juga disini. Well, hanya dengan satu setting, dua astronot, dan jalan cerita yang simple. Diperlukan seorang sutradara dengan visi kuat untuk dapat mengeksekusinya menjadi sebuah presentasi yang begitu membuai dan melampaui kualitas dasar ceritanya.

October 7, 2013

Pulp Fiction (1994)

Pulp Fiction mengisahkan tentang dua orang pembunuh bayaran; Vincent Vega (John Travolta) dan Jules Winnifield (Samuel L. Jackson) yang bekerja untuk Marsellus Wallace (Ving Rhames). Disisi lain, Vincent juga punya tugas lain untuk melindungi istri Marsellus, Mia (Uma Thurman). Disisi lain lagi, Marsellus tengah mencari seorang petinju bernama Butch (Bruce Willis), yang telah membunuh salah satu orangnya.

Film ini adalah karya kedua dari Quentin Tarantino setelah Reservoir Dogs (1992) yang mendapat respon positif itu. Di karyanya yang kedua ini dia juga kembali menuai banyak pujian. Masuk 6 nominasi Oscar tahun 1995 termasuk Best Picture dan Best Director. Namun hanya satu piala yang mereka bawa pulang yakni Best Original Screenplay. Dan 3 nominasi lain ada pada kategori akting. Selain itu juga film ini mendapat Palme d’Or di Cannes Film Festival. Tidak hanya suskes dari segi kritikal, tapi juga dari segi pendapatan. Dengan budget hanya sekitar $8,5 juta, Pulp Fiction berhasil meraup pendapatan diseluruh dunia $200 juta.

Naskah ceritanya ditulis sendiri oleh Quentin Tarantino bersama Roger Avary. Pulp Fiction berjalan secara non-linear, yang mungkin akan membuat bingung bagi beberapa orang. Seperti yang pernah kita lihat di karya Tarantino lain, film-filmnya itu anti-mainstream, tidak konvensional, dan mengusung semagat indie. Penuh dengan dialog-dialog ekletik yang nyeleneh bernada kasar, menggabungkan antara kekerasan dan humor, serta menyindir budaya pop. Dalam durasi 154 menitnya, Pulp Fiction punya banyak karakter dan momen-momen yang memorable bahkan mengejutkan. Sebut saja, adegan menari, adegan perampokan, ah masih banyak lagi. Apalagi scene-scene yang melibatkan duo Vincent-Jules.

October 6, 2013

Rush (2013)

“A wise man can learn a lot from his enemies, rather than a fool from his friends” – Niki Lauda

Rush mengisahkan tentang persaingan sengit antara dua pembalap Formula 1, James Hunt (Chris Hemsworth) dan Niki Lauda (Daniel Bruhl). Dimulai ketika mereka berdua masih di arena Formula 3, rivalitas semakin tinggi ketika mereka di F1. Hunt dibawah naungan McLaren dan Lauda di Ferrari. Lantas dimulailah persaingan dalam menggapai gelar juara dunia balapan super cepat ini. Disisi lain, mereka juga harus menghadapi sederet masalah hidup mereka diluar arena.

Mengangkat film mengenai Formula One memang bukan yang pertama kalinya bagi Rush dikancah perfilman dunia. Sebelumnya sudah ada film dokumenter garapan Asif Kapadia, Senna (2010). Yang juga sama-sama mengangkat cerita persaingan sengit antara pembalap, yakni Aryton Senna dan Alain Prost. Sekarang tahun ini kembali hadir film tentang F1, Rush disutradarai oleh Ron Howard dengan naskah cerita ditulis oleh Peter Morgan. Mereka berdua sudah pernah bekerja sama di Frost/Nixon (2008). Dan saya bukanlah penggemar balapan super cepat ini, nonton saja hampir tidak pernah, dan boro-boro kenal nama pembalap macam James Hunt dan Niki Lauda. Untungnya saya sebelumnya sudah pernah menonton Senna, jadi beberapa istilah di dunia F1 sudah tidak terlalu asing lagi. Dengan setting musim balapan tahun 1976, Rush mengangkat kisah rivalitas dua pembalap. Bagaimana melihat salah satu persaingan paling legendaris di dunia olahraga, Hunt dan Lauda silih berganti saling berjuang meraih posisi pertama.

October 3, 2013

The World's End (2013)

Kolaborasi Wright-Pegg-Frost, mungkin itu saja sudah terdengar spesial. Tambah lagi dengan kolaborasi lain, comedy serta sci-fi dan tema apocalypse, inilah The World’s End.

The World’s End mengisahkan tentang Gary King (Simon Pegg) yang mempunyai misi untuk minum bir di 12 bar atau kedai minuman berbeda. Bersama dengan keempat sahabatnya; Andy (Nick Frost), Peter (Eddie Marsan), Oliver (Martin Freeman) dan Steven (Paddy Considine), mereka mencoba menyelesaikan misi tersebut. Namun ditengah-tengah misi ada suatu kejanggalan di kota mereka. Yang ternyata keanehan tersebut berasal dari konspirasi makhluk asing. Barmageddon pun dimulai.

Naskah cerita yang ditulis oleh Edgar Wright bersama Simon Pegg ini mencoba menghadirkan cerita akhir zaman dengan cara berbeda. Ya, menggabungkan tema apocalypse dan nafas komedi. Sama yang dilakukan Seth Rogen dan kawan-kawan lewat This Is the End tahun ini juga. Kolaborasi antara Edgar Wright, Simon Pegg, dan Nick Prost memang sudah teruji baik lewat dua film sebelumnya; Shaun of the Dead (2004) serta Hot Fuzz (2007), dan sekarang The World’s End. Yang mana ketiganya tergabung dalam the Three Flavours Cornetto trilogy. Setelah bermaian-main di ranah zombie, lalu dunia polisi, sekarang di The World’s End akan bermain di zona science-fiction. Mengawalinya dengan adegan pembuka yang singkat namun efektif untuk memperkenalkan para karakter dan latar belakang ceritanya.

October 1, 2013

Children of Heaven (1997)

Pertama kali nonton film ini waktu SD, dan ketika salah satu stasiun televisi berulang kali memutar film ini di hari libur, hingga sampai sekarang re-watching berkali-kali pun. Masih belum merasa bosan.

Children of Heaven mengisahkan tentang Ali (Amir Farokh Hashemian), anak 9 tahun yang sementaraa harus menggantikan tugas ibunya berbelanja. Ketika pergi ke pasar dia juga turut membawa sepatu adiknya, Zahra (Bahere Seddiqi), yang harus diperbaiki karena rusak. Sialnya, sepatunya menghilang tanpa sengaja oleh Ali. Sepulangnya dirumah, Zahra bersedih, mereka pun sepakat untuk merahasiakan kejadian itu karena takut dimarahi ayah mereka.

Film ini naskah ceritanya ditulis dan disutradarai oleh Majid Majidi. Sutradara asal Iran yang terkenal lewat film-film berkualitasnya macam Baran dan The Song of Sparrows. Film yang menjadi perwakilan Iran di Oscar tahun 1998 dan akhirnya masuk nominasi Best Foreign Language ini seperti biasa mengangkat cerita dari kalangan menegah ke bawah masyarakat Iran. Menyajikan kisah kakak-adik yang sebenarnya sederhana namun begitu kuat dan berbobot. Menggunakan karakter yang masih polos pada masalah yang ia hadapi, berjalan dengan tempo yang pas menjadikannya jauh dari kondisi membosankan dan monoton. Hadir dengan banyak momen-momen yang menyentuh serta emosional, tanpa harus terlalu terlihat berlebihan dan didramatisir. Terlebih lagi bagian endingnya, adegan ketika Ali ikut lomba lari itu begitu mendebarkan dan mengharukan.

September 25, 2013

When Harry Met Sally (1989)

“I came tonight, because when you realize you want to spend the rest of your life with somebody, you want the rest of your life to start as soon as possible” – Harry Burns

When Harry Met Sally mengisahkan tentang Sally Albright (Meg Ryan) yang membutuhkan tumpangan mobil Harry Burns (Billy Crystal) untuk pergi ke New York. Harry yang notabene adalah pacar dari sahabat Sally. Selama perjalanan mereka saling berbicara membahas sesuatu. Beberapa tahun kemudian, mereka bertemu lagi, dan dengan pasangan mereka masing-masing. Dan ketika mereka sama-sama ditinggalkan pasangan mereka masing-masing. Mereka pun mulai berteman kembali, lalu mulai tumbuh rasa diantara mereka berdua.

Ya, dengan membaca judul filmnya saja, kita sudah tahu apa yang akan diceritakan film ini. Film yang disutradarai oleh Rob Reiner dan naskah cerita yang ditulis Nora Ephron ini sepertinya memiliki semua paket lengkap yang diharapkan dari sebuah film romantic-comedy. Semua elemen penting film rom-com ada disini, romantisnya dapat, ketawa-ketawanya juga dapat. Menawarkan joke-joke ringan, santai, dan berkelas yang mudah untuk ditertawakan, ya minimal tersenyum. Dari awal, ceritanya berjalan dengan santai hingga akhir. Ya walaupun ending dari film ini mudah ditebak dan terkesan klise, tapi tidak apa-apa karena proses menuju akhirnya itulah yang menarik untuk disimak. Satu lagi yang saya suka dari When Harry Met Sally adalah hadirnya adegan beberapa pasangan yang menceritakan kisah cinta mereka, itu membuatnya terasa begitu unik dan menarik.

September 24, 2013

Behind the Candelabra (2013)

Inilah film terakhir dari Steven Soderbegh sebelum dia rehat dari dunia film.

Behind the Candelabra mengisahkan tentang Scott Thorson (Matt Damon), seorang pemuda yang ahli mengenai hewan. Suatu hari dia bertemu dengan Liberace (Michael Douglas), seorang pianis terkenal. Liberace pun mengangkat Scott menjadi tangan kanannya, setelah sebelumnya Scott telah membantu menangani anjing kesayangan Liberace yang mengalami kebutaan. Mereka pun tinggal serumah, tak butuh waktu lama mereka berdua pun saling menyukai dan menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih.

Film yang digadang-gadang sebagai film terakhir dari Steven Soderbergh pensiun dari dunia perfilman ini naskah ceritanya ditulis oleh Richard LaGravenese. Diangkat dari memoir yang ditulis Scott Thorson dengan judul Behind the Candelabra: My Life with Liberace. Mengusung cerita yang bisa dibilang sangat berani dan tentu tidak akan mudah disukai banyak orang. Ya, Behind the Candelabra mengisahkan hubungan percintaan antara sesama jenis, dalam hal ini homoseksual. Hal itulah yang membuat film ini mengalami beberapa masalah, seperti masalah ditolak banyak distributor karena dinilai kurang menjual, yang pada akhirnya HBO Films bersedia. Film yang bersetting tahun 70 hingga 80an ini memulainya dengan ringan diawal dan perlahan mulai muncul konflik hingga semakin kompleks, sampai pada ending-nya yang cukup menyentuh. Selain cerita percintaan itu, film ini juga memperlihatkan bagaiman sepak terjang Liberace sebagai seorang pianis terkenal serta mengangkat isu-isu seperti operasi plastik dan kecanduan drugs.

September 23, 2013

5 Centimeters Per Second (2007)

Bicara tentang film animasi Jepang, jelas tidak lepas dari Ghibli Studio. Studio animasi yang terkenal lewat animasi yang bagus macam My Neighbor Totoro dan Spirited Away. Tapi ada satu nama studio animasi Jepang lagi yang kualitasnya tidak kalah bagus yakni, CoMix Wave Inc. Yang salah satu filmnya tahun 2007 lalu hadir lewat 5 Centimeters Per Second. Film animasi ini terbagi menjadi tiga segmen yang mana sama-sama berpusat pada tokoh bernama Takaki Tono.

Segmen pertama, Cherry Blossoms. Mengisahkan tentang Takaki Tohno (Mizuhashi Kenji) yang harus berpisah dengan sahabatnya, Akira Shinohara (Yoshimi Kondou), karena tuntutan pekerjaan orang tua Akira yang harus pindah ke kota lain. Setahun kemudian, Takaki berkeputusan untuk menjumpai Akari sebelum jarak mereka semakin jauh. Segmen kedua, Cosmonaut. Mengisahkan tentang Takaki yang sudah menginjak bangku kelas 3 SMA. Sementara itu teman sekelasnya, Kanae Sumida (Satomi Hanamura) menaruh hati kepada Takaki sejak bangku SMP. Segmen terakhir, 5 Centimeters Per Second. Mengisahkan tentang Takaki yang sudah lulus sekolah dan bekerja di sebuah perusahaan. Sementara Takaki masih tidak melepaskan perasaanya terhadap Akira.

September 10, 2013

Disconnect (2012)

Disconnect, film yang pertama kali diputar di Toronto Film Festival tahun lalu ini mencoba menghadirkan tiga cerita dengan benang merah sama mengenai  sisi gelap dari teknologi bernama internet.

Cerita pertama, mengisahkan tentang seorang Kyle (Max Thieriot), seorang pria yang bekerja sebagai model di sebuah situs sex chat dewasa. Suatu hari dia melakukan chat dengan seorang reporter televisi wanita bernama Nina (Andrea Riseborough), yang ternyata perkenalannya dengan wanita tersebut membuatnya terjerumus dalam sebuah masalah yang rumit. Lalu cerita kedua, mengisahkan tentang sepasang suami istri (Alexander Skarsgård & Paula Patton) yang harus kehilangan banyak uang mereka karena dicuri melalui internet. Dan cerita ketiga, mengisahkan tentang seorang ayah (Jason Bateman) yang harus menghadapai anaknya, Ben (Jonah Bobo), yang menjadi korban cyber-bully dari kedua temannya hanya karena bermain Facebook.

Film yang disutradarai oleh Henry Alex Rubin dengan naskah cerita ditulis Andrew Stern ini memang tampil unggul berkat latar belakang ceritanya mengenai internet, yang notabene sesuatu yang sudah sangat dekat sekali dengan para penontonnya. Internet yang seharusnya memberikan manfaat malah menjadi sesuatu yang merugikan bahkan berakhir tragis. Dengan karakter-karakter yang begitu nyata, dan dengan masalah-masalah yang cukup familiar. Disconnect memulai start-nya dengan bagus, membangun fondasi cukup kokoh dari awal, ya walaupun menjelang akhir agak sedikit goyah. Dan dari tiga cerita yang ada, saya rasa cerita nomor dua adalah yang terlemah. Cerita kedua saya rasa kurang mampu tampil menarik dan tampak terlalu bertele-tele, bahkan membutuhkan beberapa saat untuk dapat benar-benar mengerti kisahnya.

September 9, 2013

Pee Mak (2013)

Fakta bahwa film ini diproduksi oleh GTH dan disutradarai oleh Banjong Pisanthanakun, sudah cukup untuk membuat saya tidak ragu menonton film ini, Pee Mak.

Pee Mak mengisahkan tentang Mak (Mario Maurer) yang hasus meninggalkan istrinya, Nak (Davika Hoorne), untuk pergi ke medan perang bersama empat temannya; Ter (Nuttapong Chartpong), Shin (Wiwat Krongrasri), Puak (Pongsatorn Jongwilas) dan Aey (Kantapat Permpoonpatcharasuk). Suatu hari Mak pun pulang ke rumah dari medan perang untuk menemui istrinya yang baru saja melahirkan, membawa bersama keempat temannya. Setibanya disana, banyak isu yang beredar bahwa istrinya sudah meninggal. Benar atau tidakkah isu tersebut?

Banjong Pisanthanakun, sutradara yang terkenal lewat horror-horror bagus macam Shutter, Alone, serta dua karya pendek di dwilogi Phobia serta N for Nuptial di The ABCs. Sekarang di Pee Mak hadir dengan naskah cerita yang ditulisnya bersama Chantavit Dhanasevi mengangkat cerita legenda masyarakat Thailand, disini dia kembali mengangkat film horror dengan balutan komedi. Dan kembali bermain-main dengan cara menebak siapakah hantunya, yang ujung-ujungnya twist yang dihadirkan biasa saja. Bicara masalah horror, saya rasa Pee Mak kurang berhasil dalam hal itu. Dalam durasi hampir dua jamnya itu tidak ada satupun momen horror yang dibuat dengan niat untuk benar-benar menakuti penontonnya, walaupun beberapa punya atmosfer yang cukup creepy. Tapi jika bicara komedi, saya ras Pee Mak berhasil total, apalagi dengan kehadiran empat sekawan itu yang mengeluarkan humor-humor konyol tapi tidak murahan.

September 5, 2013

Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004)

Sebenarnya dulu sudah pernah nonton film ini. Tapi entah kenapa pengen re-watching dan nge-review ini.

Eternal Sunshine of the Spotless Mind mengisahkan tentang Joel Barish (Jim Carrey) yang jatuh cinta dengan seorang wanita eksentrik bernama Clemente Kruczynski (Kate Winslet). Mereka pun berhubungan layaknya sepasang kekasih. Namun suatu hari, hubungan mereka memanas dan semakin merenggang. Clemente pun memutuskan untuk menghapus memori tentang Joel. Begitu juga Joel.

Film ini disutradarai oleh Michael Gondry, sutradara yang mengawali karirnya lewat video musik. Dengan naskah cerita yang ditulis Charlie Kaufman dan Pierre Bismuth. Cerita tentang penghapusan memori sangatlah terdengar menarik dan brilian, apalagi mencoba menggabungkan kisah romansa dengan unsur science-fiction. Banyak pesan moral dan metofa tentang cinta yang tersaji disini. Misalnya usaha Joel dan Clemente untuk menghapus memori pasangan mereka, namun jauh dilubuk hati mereka sebenarnya masih saling mencintai, karena apa yang ada di otak berbeda dengan di hati. Salut untuk Gondry yang berhasil mengubahnya menjadi sebuah presentasi yang begitu membuai. Oh iya, dengan jalan cerita film ini yang berjalan secara non-linear, mungkin akan membuat sebagian orang kebingungan.

September 4, 2013

Trance (2013)

Danyy Boyle, sutradara asal Inggris yang terknela lewat film-filmnya macam Trainspotting, 28 Days Later, Slumdog Millionaire dan 127 Hours. Bahkan satu diantaranya memenangkan Oscar. Tahun ini Boyle hadir lewat Trance.

Trance mengisahkan tentang Simon Newton (James McAvoy) seorang juru lelang benda-benda seni. Tiba-tiba seorang pria bernama Franck (Vincent Cassel) dan kawanannya berupaya merampok salah satu lukisan mahal di acara pelelangan itu. Dia pun coba mengamankan lukisan tersebut, sialnya dia dijaga sekawanan perampok itu dan dia mendapatkan pukulan keras di kepalanya. Lukisan itu pun menghilang dan Simon mengalami amnesia akibat pukulan tersebut. Mencoba untuk mengingat kembali dimana lukisan itu, dia pun pergi ke seorang ahli hipnotis bernama Elizabeth (Rosario Dawson), untuk mengembalikan kembali ingatannya.

Film yang ditulis oleh andalan Boyle yakni duo Joe Ahearne dan John Hodge yang mengadaptasi serial televisi tahun 2001 silam. Jika membaca sinopsisnya, Trance terlihat sangat menarik dan menjanjikan. Apalagi banyak yang bilang bahwa film ini bagai gabungan antara Memento dan Inception, jelas membuat ekspektasi menanjak tinggi. Trance dibuka dengan bagus yang dipandu narasi James McAvoy. Mencoba bermain-main dengan alam bawah sadar dan kasus perampokan lukisan seharga 25 juta. Dengan jarak antara mimpi dan realita yang sangat tipis, lewat hipnotis sebagai medianya, ditambah lagi dengan beberapa kali flashback.

September 3, 2013

The Conjuring (2013)

James Wan, sutradara kelahiran Malaysia yang muncul sebagai sutradara yang terkenal lewat film horror berkualitasnya. Mulai dari Saw yang cerdas itu, hingga Insidious yang menyeramkan. Dan sekarang Wan hadir menakuti anda lewat The Conjuring.

The Conjuring mengisahkan tentang sepasang suami istri, Andrea (Ron Livingston) dan Carolyn (Lili Taylor), bersama kelima putri mereka yang baru saja pindah ke sebuah rumah tua. Sesampainya dirumah itu, mereka langsung mengalamai berbagai kejadian misterius dan merasa bahwa rumah itu berhantu serta mungkin saja mengancam nyawa mereka. Mereka pun memanggil sepasang suami istri paranormal, Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine (Vera Farmiga) untuk menyelidikinya.

Ya, formula usang rumah berhantu memang sudah banyak disajikan diratusan film horror lain. Tapi lihat siapa orang dibalik The Conjuring ini, James Wan, nama yang sudah tidak perlu diragukan lagi kapasitasnya di belantika film horror modern. Menggaet The Hayes Bros; Chad Hayes dan Carey Hayes sebagai penulis naskahnya. The Conjuring diangkat berdasarkan kisah nyata dari kasus yang diselidiki suami istri paranormal itu. Seperti biasa, memulainya dengan perkenalan para karakternya, lalu sedikit demi sedikit muncul keanehan, dan bang!!! Alur cerita yang berjalan santai bergerak dalam kisah haunted house hingga akhirnya pada klimaks akhir dengan masuknya unsur exorcism yang begitu menegangkan. Ritme dan atmosfer horror yang terjaga dari awal sampai akhir.

September 2, 2013

Mud (2012)

Jeff Nicholson, sutradara yang terkenal lewat drama Take Shelter tahun 2011 lalu. Dan sekarang hadir dengan Mud.

Mud mengisahkan tentang dua anak kecil, Ellis (Tye Sheridan) dan Neckbone (Jacob Lofland) yang pergi ke sebuah pulau kecil lalu menemukan sebuah kapal tersangkut diatas pohon. Ternyata kapal itu adalah milik seorang pria bernama Mud (Matthew McConaughey). Mud yang tengah bersembunyi dari kejaran Tom Blankenship (Sam Shepard), adik dari orang yang telah Mud bunuh. Disisi lain dengan bantuan Ellies dan Neckbone, Mud meminta mereka untuk menjemput kekasihnya, Juniper (Reese Witherspoon).

Film yang juga ditulis oleh Jeff Nicholson ini boleh saja poster dan judulnya menunjukan karakter Mud, tapi justru yang lebih mendapat perhatian di film ini adalah Ellis. Dibalik cerita Mud yang nampaknya drama berat, Mud sesungguhnya menghadirkan kisah coming-of-age yang menarik. Karakter Ellis yang disini lebih banyak penceritaan, mulai dari Ellis terpaksa harus ikut terlibat dalam kehidupannya Mud yang kompleks, lalu Ellis yang baru barusia 14 tahun jatuh cinta dengan wanita yang lebih tua darinya, hingga dia yang harus menghadapi situasi orang tuanya yang hendak bercerai. Mud sebenarnya sederhana, tapi banyak belokan-belokan ceritanya. Si karakter utama Mud juga, masa lalunya yang suram hingga sekarang menjadi buronan polisi serta penantian panjangnya untuk bertemu sang kekasih.

August 31, 2013

Now You See Me (2013)

REMINDER THE CLOSER YOU LOOK, THE LESS YOU'LL SEE

Now You See Me mengisahkan tentang empat pesulap jalanan yang masing-masing memiliki keahlian berbeda yang tergabung dalam kelompok bernama The Four Horsemen: J. Daniel Atlas (Jesse Eisenberg), Merritt McKinney (Woody Harrelson), Henley Reeves (Isla Fisher) dan Jack Wilder (Dave Franco) yang diundang dan disponsori oleh milyuner, Arthur Tressler (Michael Caine), untuk melakukan perampokan bank. Sialnya, atas aksi mereka itu mengundang FBI yang mengutus Dylan Rodes (Mark Ruffalo) serta Interpol Alma Vargas (Melanie Laurent) yang juga dibantu Thaddeus Bradley (Morgan Freeman), seorang mantan pesulap yang membuka rahasia trik para pesulap.

Film yang disutradarai oleh Louis Letterier ini dibuka dengan opening sequence yang memperkenalkan keempat pesulapnya; Daniel Atlas si pesulap jalanan, Merritt McKinney ahli hipnotis, Henley Reeves ahli melarikan diri dan Jack Wilder pencopet bertangan cepat. Dengan adegan pembuka cukup lama namun keren dan mengasyikan itu, Now You See Me sedari awal memang mengeluarkan pesonanya dan seolah menghipnotis para penontonnya. Naskah cerita yang ditulis oleh trio Ed Solomon, Boaz Yakin, dan Edward Recourt ini sebenarnya sangat menarik – ya meskipun harus diakui memiliki banyak kekurangan disana-sini ceritanya, mencoba menggabungkan pertunjukan trik-trik sulap yang menakjubkan dengan perampokan terencana kelas wahid. Bayangkan saja The Prestige dan Ocean’s Eleven bersatu, beginilah jadinya.

August 29, 2013

Beck (2010)

Tidak hanya trend mengadaptasi novel ke film yang dilakukan para sineas, tapi juga dari komik, dan itulah yang terjadi pada Beck.

Beck mengisahkan tentang Koyuki (Sateh Takeru) – seorang anak SMA yang sering dibully teman-temannya – yang tidak sengaja bertemu Ryusuke (Mizhushima Hiro). Ryusuke (Mizhushima Hiro) adalah seorang gitaris yang baru saja dikeluarkan dari band lamanya. Dia pun mencoba membuat band baru sendiri, dia merekrut Taira (Mukai Osamu) dan Chiba (Kiritani Kenta) pada bass dan vokal. Singkat cerita, Ryusuke pun merekrut Koyuki dan temannya, Saku (Nakamura Aoi), sebagai gitaris dan drum. Mereka berlima berjuang sebagai sebuah band dengan nama Beck dari nol untuk bisa tampil di festival band Greatful Sound.

Film ini diadaptasi oleh Yukihiko Tsutsumi dari manga berjudul sama karya Harold Sakuishi. Jujur saya belum pernah membaca manga ataupun menonton animenya. Jadi saya tidak tahu seberapa miripkah sang sutradara merekonstruksi semangat manganya ke dalam layar lebar. Tapi jelas di semua film adaptasi dari buku pasti ada yang namanya pemadatan cerita. Beck mengusung tema persahabatan, bagaimana pahit manisnya persahabatan kelima personel band ini. Kebersamaan dan masalah yang terjadi pada mereka. Ada bagian romansanya juga sedikit antara Maho dan Koyuki. Ada juga konflik kecil-kecilan yang melibatkan Ryusuke dengan masa lalunya. Juga bumbu-bumbu komedi komikal khas film Jepang yang mampu memancing gelak tawa. Oh iya, nama band Beck diambil dari nama anjingnya Ryusuke.

August 28, 2013

My Neighbor Totoro (1988)

Studio Ghibli adalah sebuah studio animasi dari Jepang yang sukses menelurkan banyak film animasi hebat, dan salah satunya adalah My Neighbor Totoro.

My Neighbor Totoro mengisahkan tentang sebuah keluarga – seorang ayah, dua anak perempuan; Satsuke dan Mei, sementara sang ibu dirawat di rumah sakit – yang baru saja pindah rumah. Suatu hari Mei sedang bermain-main di halaman rumahnya. Tiba-tiba suatu makhluk kecil aneh muncul dan menarik perhatian Mei. Dia pun penasaran dan mengikuti  makhluk tersebut, yang membawanya ke sebuah hutan lalu bertemu dengan makhluk lucu misterius yang disebutnya Totoro.

Film animasi yang berjudul Jepang Tonari no Totoro ini disutradarai oleh Hayao Miyazaki. My Neighbor Totoro sarat dengan unsur fantasinya. Meskipun fantasi, cerita animasi ini tergolong ringan-ringan saja. Tidak ada dramatisasi atau konflik yang berarti. Jadi, animasi ini dapat dikonsumsi semua umur. Namun daripada itu jika dicerna lebih dalam lagi. My Neighbor Totoro memiliki pesan moral dan kiasan tentang arti kehidupan. Satsuke dan Mei symbol kemurnian manusia, sedangkan Totoro adalah alam. Dan disini Totoro membantu kakak beradik tersebut dalam menghadapi masalah. Yang artinya jika manusia menjaga alam, maka alam pun akan membantu kita. Selain itu My Neighbor Totoro juga memiliki momen-momen menyentuh yang melibatkan hubungan antara ibu dan anak serta kakak dan adik.

August 26, 2013

Persepolis (2007)

It was thrilled by ‘Persepolis’, a brilliant animated version of Marjane Satrapi’s spirited autobiographical novels, easily one of the most successful comic-book-page-to-screen translations I’ve seen, fluid and inventive – Entertainment Weekly.

Persepolis mengisahkan tentang Marjane, anak perempuan yang harus menghabiskan masa kecilnya di  masa-masa revolusi  negara Iran yang tengah bergejolak hingga menjadi negara Islam. Perubahan sistem negara ini pun bukannya menjadi lebih baik, malah kebebasan mereka semakin sempit. Apalagi diperparah dengan serangan dari negara lain. Yang membuat Marjene harus dikirim ke Vienna, Austria untuk melanjutkan sekolahnya karena keadaan negaranya yang sudah tidak aman lagi.

Film animasi ini diadaptasi dari novel grafis karya Marjane Satrapi, yang juga sekaligus menjadi sutradaranya bersama Vincent Paronnaud. Persepolis hadir dengan gaya animasi yang bisa dibilang unik dan artistik yakni kira-kira 95% dibalut hitam putih, apalagi pada saat itu yang dunia animasi sedang digempur hebat oleh Pixar dan Dreamworks bahkan Disney, keputusan Marjane dan kawan-kawan bisa dibilang cukup berani. Namun justru gaya animasinya itu menjadi keunggulan tersendiri dari film ini. Tidak hanya dari gaya animasi yang terbilang berani, tapi juga dari ceritanya. Ceritanya yang ternyata adalah autobiografi dari sang penulis sendiri. Mengangkat cerita bernuansa politis yakni pada masa pergolakan politik negara Iran yang memanas karena penentangan terhadap rezim Syah Iran waktu itu hingga perang Iraq-Iran.