Pages

February 26, 2013

The 85th Academy Awards – Winners

The 85th Annual Academy Awards yang diadakan pada tanggal 24 Februari 2013 waktu setempat di Dolby Theatre Hollywood, Los Angeles yang dipandu oleh Seth MacFarlene. Lincoln dengan jumlah nominasi terbanyak, yaitu 12 nominasi. Namun akhirnya Life of Pi jugalah yang membawa pulang piala terbanyak, yaitu 4 piala. Tapi ternyata, film Argo lah yang tampaknya tersenyum lebar, karena dia berhasil meraih best picture tahun ini. Yah, Oscar kali ini memang sedikit sulit, ada beberapa kategori yang mudah ditebak, ada juga kategori yang sulit ditebak. Oke, tanpa banyak bacotan lagi ini dia para pemenangnya.

February 22, 2013

The Impossible (2012)

Pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu terjadi bencana gempa bumi dan tsunami yang sangat dahsyat meluluhlantahkan beberapa negera Asia termasuk Indonesia. Dan kini tahun 2012 lalu Juan Antonio Bayona seorang sutradara asal Spanyol yang sebelumnya menyutradarai The Orphanage, membuat film berdasarkan tragedy tersebut berdasarkan kisah nyata sebuah keluarga. Film itu berjudul The Impossible.

The Impossible mengisahkan tentang sebuah keluarga; sepasang suami istri Henry (Ewan McGregory) dan Maria (Naomi Watts) serta ketiga putra mereka Lucas (Tom Holland), Thomas (Samuel Joslin), dan Simon (Oaklee Pendergast), yang berlibur dalam rangka Natal ke sebuah kota bernama Khao Lak, Thailand. Sampai akhirnya liburan yang pada awalnya lancar, tiba-tiba datang tsunami menghujam wilayah tersebut. Yang akhirnya membuat masing-masing anggota keluarga tersebut hanyut terbawa ombak besar terpisah satu sama lain. Lalu apakah mereka mampu bertemu kembali dengan selamat dari hantaman ombak sialan tersebut, atau malah sebaliknya?

Naskah cerita yang ditulis oleh Sergio G. Sánchez. The Impossible dimulai dengan perkenalan para karakternya, memperlihatkan keharmonisan sebuah keluarga. Dan disaat dirasa sudah cukup, sutradara film ini Juan Antonio Bayona langsung menyeret kita dengan ombak besar tsunami yang menerjang pesisir pantai membawa hanyut keluarga tersebut terpisah. Tampilan gelombangnya benar-benar terlihat nyata dan mengerikan. Tata produksi di film ini benar-benar tergarap dengan sangat detil dan rapi. Suasana kumuh, hancur, hiruk-pikuk. Tata rias, tampilan luka-luka yang terlihat realistis. Scoring-music, diiringi musik-musik yang ditempatkan dibagian pas sukses mengaduk-aduk emosi penonton. Bayona tahu betul bagaimana memperlakukan sebuah film yang dari kisah nyata yang sebenarnya sudah bisa ditebak menjadi sebuah film berkelas. Meski saya yakin ada beberapa adegan yang sedikit di dramatisir tidak sesuai dengan kenyataannya, bahkan ada beberapa yang terasa berlebihan.

Les Misérables (2012)

Tom Hooper, sutradara yang pada tahun 2010 lalu berhasil membawa The King’s Speech meraih predikat sebagai best picture diajang Acedemy Award ke 83. Dan kini tahun 2012 lalu dia kembali membuat ulah dengan film terbarunya. Mengusung genre yang tidak terlalu digandrungi orang, yaitu film musikal. Film itu berjudul Les Misérables, dan hebatnya filmnya kembali dinominasikan di Oscar. Jadi, apakah Tom Hooper mampu membawa piala emas tersebut bersama Les Misérables seperti apa yang dia lakukan dua tahun lalu.

Les Misérables yang bersetting Perancis abad ke-19 mengisahkan tentang Jean Valjean (Hugh Jackman) seorang narapidana yang dihukum karena mencuri lalu dihukum selama 19 tahun. Disaat dia bebas, dia masih mendapat pengawasan dari seorang polisi bernama Javert (Russel Crowe). Delapan tahun kemudian dia menjadi walikota di salah satu kota. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang wanita bernama Fantine (Anne Hathaway), yang akhirnya menitipkan ananknya kepadanya, Cosette (Isabelle Allen). Valjean pun terus menjanai hidupnya bersama Cosette dewasa (Amanda Seyfried), dia terus menemui banyak masalah dan tentu saja masih menghindari awasan Javiert.

Les Misérables yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Victor Hugo, telah banyak diangkat dalam berbagai bentuk, baik itu dalam bentuk musikal, film, atau yang lainnya. Nah kini tahun 2012 lalu seorang Tom Hooper kembali membuat filmnya, bedanya film ini dibuat dengan musikal. Yang mana setiap pemerannya harus menyanyikan dialognya secara langsung. Jelas merupakan sebuah tantangan yang sangat besar untuk Hooper. Namun ini tidak hanya tantangan untuk Hooper, tapi juga tantangan untuk para penonton apakah mereka mampu tetap bertahan melihat nyanyian orang satu kampung selama 2 jam lebih. Jika anda tidak tahan lebih baik tidak usah membuang uang anda untuk pergi menontonnya. Saya pun bisa dibilang sangat jarang menonton film musikal. Namun dengan ekspektasi yang cukup besar dan berharap mendapat pengalaman sinematis yang baru, saya pun menontonnya.

February 19, 2013

Rectoverso (2013)

Rectoverso adalah sebuah film omnibus yang diadaptasi kumpulan cerita pendek dari novel Dewi ‘Dee’ Lestari berjudul sama. Berbeda dengan novelnya yang mana berisi 11 cerita, sedangkan di filmnya hanya 5 cerita. Rectoverso dikemas dengan gaya interwoven yakni setiap ceritanya berjalan bergantian selang-seling. Disutradarai oleh 5 orang wanita yang lebih dikenal sebagai aktris yaitu Marcella Zalianty, Rachel Maryam, Cathy Sharon, Olga Lydia, dan Happy Salma.

Malaikat Juga Tahu segmen pertama yang disutradarai Marcella Zalianty dengan naskah cerita yang ditulis oleh Ve Handojo mengisahkan tentang Abang (Lukman Sardi) seorang penderita autism yang jatuh cinta kepada Leia (Prisia Nasution), salah satu penghuni kost milik ibunya (Dewi Irawan). Hubungan mereka sangat dekat, namun keadaan berubah ketika adik Abang, Hans (Marcell Domits) datang. Segmen ini menjadi segmen pembuka dan penutup dari film ini. Cerita yang sederhana namun mampu menghantarkan rasa emosional yang kuat. Kunci sukses segmen ini jelas terletak pada departemen aktingnya khususnya Lukman Sardi  yang tampi sangat total. Menjalin chemistry yang kuat dengan Prisia Nasution dan Dewi Irawan yang juga bermain dengan bagus. Segmen menjadi semakin emosional ditambah dengan lagu berjudul sama yang dinyanyikan Glenn Fredly. Ini favorit saya.

February 8, 2013

Django Unchained (2012)

Quentin Tarantino, sutradara yang terkenal berani “bereksperimen”, sering meminjam inspirasi film dari mana saja. Seperti yang dilakukannya di Inglorious Basterds, kisah tentang penindasan Nazi terhadap Yahudi dibuatnya menjadi film yang ala Tarantino banget. Kini dia kembali berbuat ulah di film terbarunya, Django Unchained.

Django Unchained mengisahkan tentang seorang budak bernama Django (Jamie Foxx) yang bertemu dengan dengan seorang dokter gigi sekaligus bounty hunter bernama Dr. King Schultz (Christoph Waltz). Dia dibebaskan Schultz dari perbudakan untuk membantu mencari tiga orang buronan. Lalu mereka pergi ke sebuah perkebunan yang dimiliki Calvin Candie (Leonardo DiCaprio). Namun keadaan semakin rumit ketika dengan beruntungnya Django bertemu dengan istrinya yang sudah lama dia cari, yakni Broomhilda (Kerry Washington) yang adalah salah satu budaknya Candie. Negosiasi pun terjadi, dan tentu bernego dengan seorang pemilik kebun yang kejam tidaklah mudah.

Adanya nama Quentin Tarantino dibangku sutradara tentu sudah menandakan bahwa film ini bukan film biasa. Merangkap juga sebagai penulis cerita. Apalagi Tarantino kali ini mengusung genre yang bisa dibilang sering dinomor duakan, yaitu western. Setelah kung-fu di Kill Bill lalu Nazi di Inglorious Basterds, kini Tarantino akan bermain-main dengan koboi di Django Unchained. Seperti film-film sebelumnya, Tarantino masih sinting, masih dengan gaya nyelenehnya dan masih brutal. Bagaimana tidak, film ini sarat dengan isu-isu hangatnya macam perbudakan dan rasisme. Namun Tarantino berhasil membalut tema-tema itu menjadi sebuah sajian yang tanpa harus terlihat provokatif, malah menjadi sebuah tontonan yang menyenangkan. Django Unchained memang brutal, banyak adegan-adegan jual beli peluru yang keren hingga menghasilkan darah berbanjiran, kepala hancur, tangan kaki ketembak, hingga penis tertembak. Lalu adegan penyiksaan dengan kekerasan tingkat tingginya, punggung dicambuk, kulit disodorin besi panas, tubuh digigit anjing ganas.

February 5, 2013

Zero Dark Thirty (2012)

Kathryn Bigelow, sutradara yang tahun 2010 lalu menuai rekor dan prestasi sebagai sutradara wanita pertama yang mendapat best director di ajang Oscar ke-82 lalu bersama dengan The Hurt Locker. Dan kini tahun lalu Bigelow kembali membuat film dengan tema tidak jauh berbeda, dan juga mampu berbicara di Oscar, Zero Dark Thirty.

Zero Dark Thirty yang mengisahkan tentang seorang anggota CIA bernama Maya (Jessica Chastain) yang sudah lama melakukan penyelidikan tentang Osama bin Laden setelah kejadian 9/11. Dibantu dengan anggota CIA lainnya dan para tentara. Dia mengumpulkan petunjuk-petunjuk sampai akhirnya dia mendapatkan informasi dimana keberadaan Osama. Lalu dengan tim khusus yang bertugas melakukan penyerbuan ke rumah Osama. Dan kita pasti tahu bagaimana endignya, Osama bin Laden pun ditemukan dan terbunuh. Tapi apakah orang yang mereka bunuh itu adalah benar Osama bin Laden yang sesungguhnya?

Sama seperti The Hurt Locker, Zero Dark Thirty masih membahas tentang tentara-tentara, masih bersetting di timur tengah, masih ada ledakan-ledakan bom. Naskah cerita Zero Dark Thirty yang ditulis Mark Boal tentang perburuan pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden. Istilah Zero Dark Thirty sendiri adalah istilah militer di sana untuk 30 menit setelah tengah malam ketika penyerbuan teroris paling dicari didunia itu. Dibuka dengan adegan penganiayaan seseorang tawanan yang diikat ditali lalu diinterogasi, cukup epic menurut saya. Setelah itu kita akan melihat sosok Maya bersama timnya yang berusaha mengumpulkan petunjuk-petunjuk dimana tempat persembunyian Osama. Ya, Zero Dark Thirty jauh lebih cerdas, lebih serius, dan tentunya jauh lebih kontrovertif. Dua jempol untuk Kathryn Bigelow sang sutradara yang mampu mengeksekusi naskah cerdas Boal menjadi sebuah sajian penyerbuan teroris yang realistis, tempo cerita yang tersusun rapi tampak nyaris tanpa cela.

February 4, 2013

Silver Linings Playbook (2012)

Senang sekali rasanya melihat genre favorit saya romantic-comedy tahun lalu menghadirkan kualitas film yang memuaskan sebut saja seperti The Perks of Being a Wallflower dan Ruby Sparks. Dan kini saya dibuat senang dengan kehadiran film terbaru David O. Russell berjudul  Silver Linings Playbook.

Silver Linings Playbook mengisahkan tentang Pat (Bradley Cooper) yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa setelah delapan bulan karena mengalami bipolar disorder. Kini dia tinggal dirumah bersama ibu dan bapaknya, Dolores (Jacki Weaver) dan Patrizio (Robert Di Niro). Dia mengalami itu karena tindakan kekerasan yang ia lakukan pada seorang pria yang tertangkap basah sedang berselingkuh dengan istrinya. Dan suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita bernama Tiffany (Jennifer Lawrence) yang juga mempunyai masalah dengan emosi dan masa lalunya, paska kehilangan suaminya dalam kecelekaan lalu lintas. Mereka pun sering bersama, saling menyembuhkan satu sama lain, dan akhirnya butir-butir cinta pun mulai tumbuh.

Cerita Silver Linings Playbook ditulis oleh Davis O. Russell sendiri diangkat dari novel berjudul sama karangan Matthew Quick, berhasil masuk Oscar sebagai best writing-adapted screenplay. Yah mungkin akan ada yang menghakimi bahwa film ini adalah film yang klise, tidak juga. Tapi Silver Linings Playbook bukan sekedar film romantic-comedy belaka, ada dramanya juga, ada sisi kehangatan keluarga, dan tidak ketinggalan juga Russell mengangkat tema seperti olahraga dan dance. Adegan kegilaan mereka yang diisi dialog-dialog komedi cerdasnya yang berkelas dan tidak pasaran lengkap dengan beberapa momen menyentuhnya. Ditambah dengan lagu-lagu yang easy-listening disepanjang film sangat cocok sekali dengan setiap adegannya menambah emosi yang dihantarkan semakin terasa serta kualitas unggulan dari tata editingnya yang juga berhasil masuk Oscar. Lalu ditutup dengan endingnya yang manis meski memang sudah bisa ditebak dari awal, kita pasti tahu bahwa mereka akan berakhir bahagia dan akhirnya berciuman. Ya saya memang tidak pernah mengalami hal-hal yang dialami para karakter utamanya, tapi Russell benar-benar memberikan gambaran kehidupan orang yang mengalami gangguan mental atas masa lalunya berusaha untuk move on dengan cukup baik.

February 1, 2013

Holy Motors (2012)

Holy Motors, film yang pada awalnya saya tidak tahu-menahu tentang apa. Bahkan sebenarnya saya nyaris tidak ingin menonton film ini. Tapi dikarenakan salah satu movie-blog menobatkan film ini sebagai film terbaik tahun 2012 lalu. Membuat saya menjadi penasaran, dengan senang hati saya pun menontonnya.

Holy Motors yang dibuka dengan adegan seorang pria (Loes Carax) yang terbangun dari tidur lalu pergi membuka pintu sebuah biskop dengan menggunakan kunci yang tersambung dengan jari tengahnya, di bioskop ada sebuah film yang tengah diputar yakni film hitam putih bisu, dan dipenuhi penonton yang tertidur. Setelah itu kita akan melihat seorang pria bernama Oscar (Denis Lavant) yang sudah berkeluarga, memiliki anak, rumah mewah. Yang memiliki pekerjaan menyamar dengan segala macam karakter, dia selalu pergi menggunakan mobil limousine putih yang disupiri seorang wanita bernama Celine (Edith Scob).

Dibuka dengan opening scene yang bisa dibilang cukup unik. Berlanjut kita akan melihat Oscar melakukan pekerjaan penyamaran aneh seperti menjadi seorang nenek-nenek yang mengemis, lalu membuat film seks dengan cara yang aneh, menjadi seorang pria gila yang berkeliaran di sebuah makam, hingga melakukan tindak kriminal macam memakan jari seorang wanita, menculik seorang model, hingga menusuk leher seorang pria. Bagi anda yang tidak terbiasa dengan film seperti ini, saya yakin kemungkinan besar anda akan berakhir dengan kekecewaan dan rasa kebosanan. Penonton awam yang tidak tahu menahu soal film ini juga bisa jadi akan mengomentarkan komentar-komentar serapah seperti “film apaan sih ini, gak jelas banget”. Ya intinya tidak usah memasang ekspektasi terlalu tinggi terhadap film ini, nikmati saja Holy Motors dengan segala kegilaan, kesintingan, dan keabsurdan yang ada.

Skyfall (2012)

Siapa yang tidak kenal dengan karakter James Bond, agen rahasia 007 yang terkenal dengan sikap flamboyant dan dengan segala peralatan canggihnya. Namun semanjak kehadiran James Bond versi Daniel Craig di Casino Royale semua mulai memudar, lalu seri keduanya Quantum of Solace, hingga seri ketiganya Skyfall.

Skyfall berkisah tentang James Bond (Daniel Craig) yang mengejar seorang teroris bernama Patrice (Ola Rapace) yang telah berhasil mencuri data identitas agen rahasia NATO. Bond yang dibantu rekannya Eve (Naomie Harris), disaat Eve hendak menembak penjahatnya, peluru sialan yang seharusnya mengenai si penjahat justru mengenai Bond, dia jatuh ke sungai dan disangka telah meninggal. Pimpinan MI6, M (Judi Dench) jelas kebingungan mencari agen baru untuk melanjutkan misinya. Dan Bond kembali, dia kembali meneruskan misinya yang sempat tertunda itu, ternyata masalah yang dihadapi Bond lebih besar yang mana dia harus menghadapi Raoul Silva (Javier Bardem) yang mempunyai dendam terhadap MI6.

Skyfall yang dirilis dalam rangka 50 tahun sejak 1962 silam dengan kehadiran film James Bond pertama. Skyfall juga sekaligus menjadi seri ke-23 dari franchise agen rahasia 007 paling legendaris ini. Naskah yang ditulis oleh Neal Purvis, Robert Wade dan John Logan. Lalu adanya Sam Mendes dibangku sutradara tentu membuat nuansa film sedikit terpengaruh. Film James Bond yang kali ini lebih mendalam, lebih kelam, dan lebih personal. Setelah Casino Royale dan Quantum of Solace, Daniel Craig bermain semakin gemilang dan tetap lebih manusiawi sebagai Bond yang kualitas aktingnya tidak usah dibahas lagi. Musuh utama dari Bond kali ini Raoul Silva diperankan Javier Bardem dengan sangat bagus. Dan yang patut diberikan apresiasi lebih adalah Judi Dench sebagai karakter M yang sudah langganan sampai tujuh kali. Bicara tentang James Bond tentu bicara tentang Bond Girls, adanya Naomie Harris dan Berenice Marlohe cukup menjadikan pemanis untuk film ini. Film James Bond kali ini juga mengandung referensi dari film-film Bond sebelumnya, sebagai penghormatan atas umur setengah abadnya franchise ini.

Prometheus (2012)

Setelah Alien tahun 80an lalu Aliens, Alien 3, dan Alien Resurrection. Sampai spin-off nya yang semakin konyol judulnya, Alien vs. Predator, vs. Hunter, vs. Ninja, vs. Avatar. Rasanya penggemar Alien mulai kesepian dengan film bertema makhluk ruang angkasa itu. Hingga akhirnya penggemar berat Alien dibuat senang dengan terbaru Ridley Scott yang tidak lain adalah sutradara film Alien pertama, Prometheus.

Prometheus yang berlatar belakang tahun 2093, Elizabeth Shaw (Noomi Rapace) dan Charlie Holloway (Logan Marshall-Green) yang berhasil menemukan bukti mengenai asal usul darimana kehidupan manusia berasal. Akhrinya sampailah mereka diajak untuk ikut ekspedisi bersama tim khusus untuk mengungkapkan Sang Pencipta. Menggunakan kapal ruang angkasa mereka pergi ke planet tujuan, dibiayai Peter Weyland (Guy Pierce), diawaki kapten kapal Janek (Idris Elba), serta dihuni seorang robot berbentuk manusia bernama David (Michael Fassbender) dan beberapa orang ahli keilmuan lainnya. Namun ekspedisi mereka tidaklah seperti yang diharapkan, yang akhirnya berdampak membahayakan bumi.

Saya sendiri sebelumnya belum pernah sama sekali menonton franchise Alien, baik itu karya Scott, Cameron, Fincher ataupun Jean-Pierre sampai dua spin-off yang katanya tidak karuan itu. Saya sendiri hanya menonton trailernya saja, lalu sama sekali tidak tahu betul detailnya atau membaca sinopsisnya. Saya hanya tahu bahwa film ini katanya awal mula Alien. Tapi saya tidak terlalu terbebani dengan itu, semakin sedikit saya tahu justru semakin saya menikmatinya. Dengan naskah yang ditulis Jon Spaihts dan Damon Lindelof, jalan cerita dari Prometheus bisa dibilang cukup lambat, apa lagi dengan dialog-dialog ilmiahnya mengenai teori-teori asal-usul kehidupan. Cukuplah untuk membuat bingung-bosankan penonton, setidaknya itu terasa di paruh pertamanya. Yang membuat timbulnya beberapa pertanyaan, kenapa itu terjadi, kenapa ini terjadi, yang akhirnya tidak terjawab sampai akhir film. Saya yakin semua itu akan terjawab di film selanjutnya.