Pages

January 31, 2014

Moebius (2013)

Moebius mengisahkan tentang satu keluarga yang berisi ayah (Cho Jae-hyun), ibu (Lee Eun-woo) dan anak (Seo Young-joo). Suatu hari ketika sang ayah sedang bertelepon dengan selingkuhannya (juga diperankan Lee Eun-woo), sang ibu pun marah dan hendak memotong alat kelamin sang ayah. Untungnya sang ayah dapat menggagalkan niat gila istrinya itu. Namun sang ibu justru melampiaskan kemarahannya itu kepada anaknya, dia pun memotong alat kelamin anaknya sendiri. Sang anak pun begitu depresif, sang ayah pun berusaha semampu mungkin membantu untuk dapat melakukan implant alat kelamin anaknya.

FYI, ini adalah film ketiga dari Kim Ki-duk yang telah saya tonton setelah 3-Iron dan Pieta. Pada Moebius ini ceritanya sederhana, sederhana sekali. Bagaimana seorang anak lelaki yang harus menjalani hidupnya tanpa penis. Dan seperti yang kita ketahui, film-filmnya Kim Ki-duk memang selalu sarat dengan hal-hal yang berbau kekerasan dan seksual. Tidak terkecuali di Moebius, malahan dosis violence dan sexual-nya semakin meningkat. Bagian kekerasannya, jika anda berpikir adegan potong penis yang saya sebutkan di sinopsis itu adalah sudah begitu menyakitkan, bahkan menjijikan ketika sang ibu memakan potongan tersebut. Tunggu sampai Kim Ki-duk memberikan adegan itu berkali-kali dan memberikan adegan kekerasan lain yang tak kalah menyakitkannya, sebut saja salah satunya adalah bagaimana menjadikan rasa sakit sebagai media kenikmatan seksual.

Dan harus diakui adegan kekerasan di film ini jauh lebih menyakitkan ketimbang semua adegan kekerasan di semua seri film Saw, karena objek kekerasan di film ini begitu sensitif, apalagi untuk seorang lelaki. Bagian seksual, sebenarnya dengan membaca bagian kekerasan yang saya tulis tadi pun sudah mengandung hal seksual yakni objek kekerasannya adalah alat kelamin. Dan itu masih belum saya sebutkan mulai dari penampakan boobs, adegan perkosaan hingga mencari kenikmatan seksual melalui rasa sakit. Bahkan pada awalnya Moebius sempat kena ban di negara Korea Selatan sendiri, karena dua konten tersebut. Oke cukup menceritakan dua hal tersebut. Dalam durasi satu setengah jamnya, Moebius juga menyentil sisi religi dan keluarga. Sisi religi yang disini ditunjukan adegan yang melibatkan patung Budha. Dan sisi keluarga yang disini ditunjukan oleh seorang bapak yang rela melakukan apapun untuk anaknya. Di Moebius juga Kim Ki-duk membawa kembali trademark-nya, yakni tidak adanya dialog dalam film ini. Meski dengan tidak adanya dialog apalagi monolog, ini sama sekali tidak membosankan. Kita hanya akan lebih banyak mendengar teriakan dan ringisan kesakitan.

Jujur saya penasaran apa arti dan maksud judul Moebius, yang membuat saya tergugah untuk mencari pengertiannya setelah menonton film ini. Ternyata Moebius adalah suatu sindrom atau kelainan genetik yang membuat otot-otot wajah seseorang tidak dapat membuat ekspresi. Dan saya masih belum mengerti apa hubungan judulnya itu terhadap cerita filmnya. Well, jika bicara masalah divisi akting. Film yang pertama kali rilis di 70th Venice International Film Festival ini punya casts yang bermain begitu bagus. Kembali menggandeng aktor andalannya, Cho Jae-hyun sebagai seorang ayah yang menyayangi anaknya, disini begitu tersampaikan seberapa besar cinta dan kasih sayangnya kepada anaknya. Seo Young-joo, juga tampil bagus sebagai seorang anak yang sedang dalam kondisi yang buruk dan begitu depresif. Lee Eun-woo, ini yang paling mengejutkan, ternyata dia memerankan dua peran sekaligus. Jujur saya tidak sadar bahwa si ibu dan si wanita selingkuhan itu adalah orang yang sama. Dia juga bermain dengan bagus terhadap dua karakter yang berbeda, yang satu agak-agak seperti psycho, yang satu lagi tampil begitu menggairahkan.

Secara keseluruhan Moebius adalah sebuah sajian drama yang bagus. Bagaimana Kim Ki-duk kembali membawa kembali ciri khasnya dan kali ini dosisnya ditingkatkan berkali lipat; mulai dari konten kekerasan serta seksualnya hingga tidak adanya dialog. Well, bersiap-siap dan nikmati saja sajian gila dari Kim Ki-duk ini, dan rasakan sensasi menonton film yang dibayang-bayangi rasa tidak nyaman, ngilu, jijik dalam durasi 90 menitnya.

7.5/10


4 comments:

  1. Thx u min ulasannya baru bngt slesai nonton ini film, sumpah tdnya gagal faham sama inti cerita ini film di tambah adegan yg berulang2 dan gada percakapan sama skli,ternyata judul filmnya mendasari smua ceritanya

    ReplyDelete
  2. Baru mengerti maksudnya

    ReplyDelete
  3. Sangat bermanfaat disampaikan dengan baik.

    ReplyDelete
  4. Tp yg bikin saya kaget,,, si anak selama proses syuting masih berumur 15 thn 🤔

    ReplyDelete